Home » » Cermin Batin

Cermin Batin

Suatu ketika, Syeikh Ibnu Atha’illah berkata: “Mastuudia’ fi ghaibis saraairi dzahara fi syahadatidz dzawaahiri…” (apa yang tersimpan di dalam kegaiban hati akan terakumulasikan didunia nyata).
     Batin adalah cermin yang tidak pernah berdusta. Segala hal yang tersembunyi didalamnya akan tampak dan memberi pengaruh didalam anggota lahir. Jika batinnya menyimpan makrifat dan cahaya ilahi maka hal itu akan menjelma pula dalam keteduhan perilaku dan kebagusan akhlak.

     Abu Hafshah berkata, “Indahnya adab secara lahir mencerminkan apa yang tersembunyi didalam batin.” Karenanya, jika adab lahir seseorang menyimpang maka itulah cermin bagi kekotoran jiwa dan hatinya.
     Rasulullah saw ketika melihat seseorang yang anggota tubuhnya bergerak-gerak dalam shalat, maka beliau menegur dengan berkata, “Apabila hatimu khusyuk ketika shalat tadi, maka khusyuk pula seluruh anggota tubuhmu.”
     Ramadhan tak pelak merupakan ajang untuk membuat cermin batin kita mengkilap. Selama satu bulan penuh kita diajarkan ikhlas, sabar dan istiqamah dalam ketundukan kepada Allah. Batin kita juga diasah dengan tarawih, tadarus, serta bersedekah. Seberapa keras usaha kita untuk membersihkan batin itu berkaitan langsung dengan kejernihan batin yang akan kita rasakan.
     Ibnu Athaillah kemudian berkata lagi. “Usahamu untuk mengetahui aib-aib diri yang tersembunyi dalam dirimu adalah lebih baik daripada berusaha menyingkap perkara gaib yang tersembunyi darimu.”

     Ramadhan adalah bulan intropeksi, bulan istiqamah dan tekad untuk berbenah diri menuju keridhaan Allah. Segala hal yang kotor dari dalam diri kita menjadi tugas kita untuk mengenalinya dan kemudian bersungguh-sungguh untuk mengubah dan memohon ampunan-Nya. Itu adalah sebuah kebaikan dan tindakan yang utama. Sementara sikap merasa diri sudah shaleh, sudah mencapai final dalam mencari pencarian jiwa hendaknya ditinggalkan karena itu adalah muara kesombongan yang dapat membuat cermin batin kita kembali kotor.
     Pada akhirnya, batin yang jernih tak ada perbedaan antara hari-hari Ramadhan dan bukan Ramadhan. Semua hari baginya adalah hari yang taat kepada-Nya, hari dimana setiap perintah-Nya diindahkan dan setiap larangan-Nya ditakuti. Setiap hari adalah hari untuk bersyukur.
     Karenanya, tetap sabar, ikhlas, dan tetap getol beribadah setelah Ramadhan berlalu adalah pertanda orang memiliki cermin batin yang telah bersih. Merekalah orang-orang telah sempurna nikmat lahir dan batinnya, sebab ketaatan kepada Allah yang berjalan langgeng, perasaan cukup kepada Allah swt yang tertanam di dalam hati, merupakan sebuah kesempurnaan nikmat dari-Nya yang tiada tara. Waallahu ‘alam.



0 komentar: