Delima
memang istimewa. Dalam bentuk buahnya yang cantik, terkandung zat-zat yang
menyehatkan dan mampu mencegah segala macam penyakit, mulai dari cacingan
sampai berbagai jenis kanker. Seluruh bagian dari tanaman ini pun bermanfaat
bagi kesehatan.
Di
Indonesia, delima dikenal dengan beberapa sebutan, tergantung daerahnya,
seperti delima (Melayu), glima (Aceh), glineu mekah (Gayo), dhalima (Madura),
gangsalan (Jawa), dalima (Sunda), teliman (Sasak), lele kase dan rumu (Timor).
Ada tiga jenis delima yang tersebar di Indonesia, dikelompokkan
berdasarkan warna buahnya, yaitu Delima putih, Delima merah, dan Delima hitam.
Dari ketiga jenis itu, yang paling terkenal adalah delima merah.
Delima
merah sering ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias, sekaligus untuk
dimakan buahnya. Beberapa kultivarnya yang kerdil bahkan telah dikembangkan
khusus sebagai tanaman hias. Delima merah memiliki rasa yang lebih manis dan
segar, sedangkan delima putih rasanya lebih sepat dan kesat, serta kurang
manis.
Rasa
kesat pada delima putih disebabkan oleh kandungan flavonoid (golongan
polifenol) yang tinggi. Salah satu peran flavonoid yang penting adalah sebagai
antioksidan. Hal itulah yang menyebabkan delima putih sering dimanfaatkan
sebagai obat. Belakangan ini jenis delima putih agak sulit ditemukan di
pasaran. Berdasarkan penelitian, kulit buah delima putih mengandung zat samak
sebanyak 25-28 persen dan lendir 30 persen.
Delima
hitam kini menjadi tanaman langka yang tidak dikenal secara luas. Padahal,
menurut para ahli, delima hitam lebih baik khasiatnya dibandingkan dengan
delima putih.
Delima
merupakan tumbuhan asli Persia
dan daerah Himalaya di India Selatan. Menurut cerita, Pharaoh Tuthmosis
membawanya ke Mesir pada tahun 1500 Sebelum Masehi. Dari sini, delima menyebar
ke Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika. Konon,
tanaman ini bisa sampai ke Indonesia
karena dibawa para pedagang dari Persia pada tahun 1416.
Komposisi Gizi
Umumnya orang mengenal delima karena bentuk buahnya yang menarik,
sehingga sering disajikan di meja untuk dimakan segar, tanpa memperhatikan
khasiatnya. Buah yang sudah matang mengandung vitamin dan mineral yang
bermanfaat bagi tubuh.
Komposisi gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan dari buah delima
adalah: energi 68 kkal, air 81 g; protein 0,95 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 17,2
g. Komposisi gizi secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel.
Komposisi Gizi per 100 gram Buah Delima
Kandungan lainnya adalah gula inversi 20 persen (5-10 persen di
antaranya berupa glukosa), asam sitrat (0,5-3,5 persen), asam borat, dan asam
malat. Kombinasi tersebut menyebabkan buah delima terasa manis-asam menyegarkan.
Asam malat juga bermanfaat untuk memperlancar metabolisme karbohidrat.
Mineral yang paling dominan adalah kalium (259mg / 100g). Selain untuk
menjaga tekanan osmotik (mencegah hipertensi), kalium juga membantu
mengaktivasi reaksi enzim, seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam
piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat.
Di
lain pihak, kandungan mineral natriumnya sangat rendah, yaitu 3mg / 100g. Hal
ini menguntungkan karena natrium berpotensi merugikan, yaitu dapat menimbulkan
hipertensi (kebalikan dari kalium).
Jus
delima merupakan minuman yang sangat populer di Eropa Timur dan India.
Jus delima mulai dipasarkan secara luas di Amerika pada tahun 2004. Jus delima
dapat diolah menjadi sirup grenadin, yaitu jus delima yang dikentalkan dan diberi
gula. Minuman tersebut sangat berguna sebagai penyegar dan penghalau dahaga.
Akhir-akhir ini produksi dan kualitas buah di Asia Tenggara cenderung
semakin menurun. Penyebabnya, hampir setiap bagian dari pohon delima dapat
digunakan untuk tujuan-tujuan pengobatan, sehingga konsentrasi ke arah kualitas
buah menjadi berkurang. Saat ini komponen tanaman delima selalu muncul dalam
berbagai materia medika masyarakat Timur, yaitu untuk tujuan pengobatan
berbagai penyakit.
Hampir semua bagian tanaman delima dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan. Bagian daging buah, kulit buah, kulit batang,
dan akar delima dapat diramu sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit.
Kulit
buah dan kulit batang delima mengandung 20-30 persen elligatannin (tannin),
triterpenoid, dan 0,5-1 persen alkaloid yang terdiri dari pelletierine yang
sangat toksik atau beracun, methylpelletierine, dan pseudopelletierine. Biji,
daun, serta bunga delima juga telah dimanfaatkan sebagai obat oleh berbagai bangsa
dan kebudayaan untuk berbagai keperluan.
Sejak
berabad-abad yang lalu, tanaman delima telah dikenal sebagai obat manjur untuk
mengobati berbagai gangguan pencernaan, seperti diare dan disentri. Hal itu
disebabkan tingginya kandungan tannin yang berkhasiat sebagai astringen, yaitu
menyusutkan selaput lendir usus sehingga pengeluaran cairan diare berkurang.
Sementara alkaloid pelletierine pada akarnya sangat membantu mengeluarkan
cacing pita dan cacing gelang dari usus.
Kulit
kayu dengan kandungan alkaloid pelletierine, lebih berkhasiat terhadap cacing
pita (faenia) daripada cacing gelang (Askaris). Adanya tannin dalam jumlah
besar pada kulit kayu sering menyebabkan rasa mual dan muntah. Karena itu,
sebelum minum rebusan ini, disarankan puasa terlebih dahulu sekitar 12 jam.
Sejak
zaman dahulu, buah delima sudah dikenal sebagai obat cacing. Ahli obat bangsa
Yunani, Dioscorides, yang hidup pada abad ke-1, memanfaatkannya untuk tujuan
tersebut. Alkaloid yang terdapat pada berbagai bagian tanaman delima
menyebabkan cacing melepaskan pegangannya dari dinding usus, sehingga terbawa
bersama tinja ke luar tubuh.
Namun,
khasiat buah delima tersebut kemudian terlupakan di Eropa selama 1.800 tahun.
Baru pada abad ke-19 para ahli pengobatan Barat mulai menelitinya kembali. Hal
itu bermula karena ada orang Inggris yang disembuhkan dari penyakit cacingan
setelah diberi ramuan buah delima oleh seorang herbalis India.
Sifat
kelat dari kulit batang, daun, buah mentah, dan kulit buah dimanfaatkan dalam
bentuk godokan untuk mengobati diare dan disentri. Kekelatannya itu disebabkan
oleh senyawa tannin yang banyak terdapat pada bagian tanaman tersebut.
Penelitian lain menunjukkan bahwa senyawa tannin yang terkandung dalam
akar delima mampu menghalangi Entamoeba histolytica, penyebab disentri amuba.
Senyawa yang diketahui ampuh melawan cacing pita tidak hanya tannin, tetapi
juga dua senyawa alkaloida piperidina yang terdapat pada kulit batang delima,
yaitu pelletierine dan pseudopelletierine. Karena pelletierine dan
isopelletierine sangat toksik, terutama yang terdapat pada kulit kayu dan kulit
akarnya, penggunaan ekstrak kulit kayu dan akar delima sebagai pengobatan harus
mendapat pengawasan dan seorang herbalis berpengalaman.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tannin yang terkandung pada
tanaman delima tidak hanya aktif sebagai antibakteri, tetapi juga melawan
virus, antara lain penyebab penyakit cacar. Penelitian terbaru melaporkan bahwa
delima dapat digunakan sebagai obat antidiabetes melitus atau kencing manis.
Kehadiran tannin juga dilaporkan dapat mereduksi risiko penyakit
jantung. Hal itu, disebabkan oleh kemampuan tannin untuk mereduksi oksidasi
kolesterol LDL (kolesterol jahat). Buah delima juga dapat mereduksi penyakit
tekanan darah tinggi dengan menghambat pengubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II (penyebab darah tinggi).
Menurut pengobatan herbal tradisional Cina, biji delima mempunyai
khasiat antiradang dan obat mujarab untuk mengatasi rematik. Bunga delima dipakai
untuk mengobati radang selaput lendir pada gusi. Dan bagi mereka yang
bermasalah dengan kegemukan (obesitas), bagian tanaman ini bisa dijadikan
alternatif untuk mengatasinya.
Begitu
juga kulit akar yang berkhasiat astringen bisa digunakan untuk mengobati diare,
demam berulang, keputihan, dan mengatasi masalah berkeringat banyak. Sakit
tenggorokan juga bisa diobati dengan berkumur air rebusan kulit akar delima.
Manfaat delima sebagai obat tidak hanya didasarkan pada pengalaman para
pengobat tradisional. Beberapa penelitian ilmiah telah membuktikan manfaat
tanaman delima. Penelitian Dr. Navarro dari Instituto Mexicano del Seguro
Social, Meksiko, membuktikan bahwa ekstrak metanol yang terdapat pada kulit
delima merupakan senyawa yang ampuh melawan bakteri penyebab diare, yaitu:
Staphylloccus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella
typhi, dan Candida albicans.
Hambat Pertumbuhan Sel Kanker
Berdasarkan penelitian di University
of California, AS,
buah delima mempunyai efek ekstrogenik, yaitu menangkal gangguan menopause dan
mencegah kanker pada organ-organ reproduksi. Jus delima yang telah difermentasi
dan minyak yang diambil dari biji delima, juga diketahui aktif sebagai
antioksidan yang setara dengan teh hijau.
Dengan
minum satu gelas jus delima setiap hari, kita akan mendapatkan asupan senyawa
antioksidan polifenol sebanyak 100 mg. Senyawa ini dapat melumpuhkan sel kanker
dan memulihkan dinding arteri dari proses pengerasan. Biji delima juga
mengandung polifenol. Itulah sebabnya jika membuat jus delima, sebaiknya
diblender bersama bijinya.
Ekstrak buah delima merah secara in vitro (uji di luar tubuh) terbukti
memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, sehingga dapat bersifat kemopreventif
(mencegah) atau kemoterapis (mengobati) sel kanker prostat (Malik et al, 2005).
beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak delima juga berkhasiat untuk
mencegah kanker payudara dan kanker kolon.
Penelitian para dokter di University
of California menunjukkan
bahwa sari buah delima dapat digunakan untuk menghambat kenaikan kadar prostate
specific agent (PSA). PSA merupakan indikator pertumbuhan kanker prostat.
Penelitan tersebut melibatkan 50 pasien yang sudah menjalani operasi maupun
yang memperoleh terapi radiasi.
Setengah dari pasien tersebut diminta minum sari
buah delima setiap hari dan setengah lainnya tidak (kelompok kontrol). Kadar
PSA pasien itu kemudian dimonitor setiap bulan. Kadar PSA mereka yang tidak
minum sari buah delima akan meningkat menjadi dua kali lipat hanya dalam waktu
15 bulan. Ada
pun kadar PSA kelompok peminum sari buah delima memerlukan waktu hingga 54
bulan untuk meningkat menjadi dua kali lipat.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan kadar PSA menjadi dua
kali lipat tersebut oleh periset dipandang menguntungkan. Mereka jadi bisa
menunda perawatan dengan hormon maupun kemoterapi, yang berarti menjauhkan
mereka dari segala efek buruk yang menyertai terapi tersebut, membuka peluang
untuk hidup lebih lama, serta memperoleh terapi lain yang tidak berbahaya.
Tunda Penuaan Kulit dan Turunkan Kolesterol
Buah
delima juga kaya akan fitosterol. Fitosterol merupakan komponen fitokimia yang
mempunyai fungsi berlawanan dengan kolesterol bila dikonsumsi oleh manusia.
Pada tahun 1970-an, fitosterol diketahui berfungsi menurunkan kadar kolesterol
di dalam darah dan mencegah penyakit jantung, sehingga sangat bermanfaat bagi
kesehatan manusia.
Beberapa hasil penelitian membuktikan fitosterol dapat mencegah penyakit
kanker lewat berbagai mekanisme, yaitu menghambat pemecahan sel, menstimulasi
kematian sel tumor, dan memodifikasi beberapa hormon yang berpotensi untuk
menumbuhkan sel tumor (Awad et al, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Anticancer Research,
terdapat hubungan signifikan antara konsumsi fitosterol dan pengobatan penyakit
kanker. Hewan yang mengonsumsi fitosterol mempunyai ukuran tumor 33 persen
lebih kecil dan sel kanker 20 persen Iebih sedikit, dibandingkan dengan
kelompok kontrolnya.
Selain itu, fitosterol juga dapat membentuk
permeabilitas kulit yang baik. Fitosterol dapat menjaga kelembaban kulit dan
meningkatkan metabolisme kulit, serta mencegah inflamasi pada kulit. Fitosterol
juga dapat mencegah penuaan kulit dan crythema, yang disebabkan oleh polarisasi
sinar matahari. Fitosterol juga membantu meningkatkan pertumbuhan rambut.
Fitosterol juga tahan terhadap oksidasi, sehingga dapat digolongkan antioksidan
pangan.
Fitosterol merupakan komponen penting pada sintesis vitamin D3 (Huang,
2004). Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa konsumsi 2-3 gram fitosterol
sehari dapat mencegah PJK (penyakit jantung koroner) hingga 25 persen.
Fitosterol juga mempunyai manfaat bagi penderita diabetes. Konsumsi fitosterol
dalam jumlah yang cukup diketahui dapat menjaga keseimbangan gula darah.
Komponen
Gizi
Kadar Air (g)
80,97 ; Energi (kkal) 68 ; Protein (g) 0,95 ; Lemak (g) 0,3 ;
Karbohidrat (g)
17,17 ; Serat (g) 0,6 ; Kalsium (mg) 3 ; Besi (mg) 0,3 ;
Magnesium (mg) 3 ; Fosfor (mg) 8 ; Kalium (mg)
259 ; Natrium (mg) 3 ;
Seng (mg) 0,12 ; Tembaga (mg) 0,07 ; Selenium
(mkg) 0,6 ; Fitosterol (mg) 17 ;
Vitamin C (mg) 6,1 ; Thiamin (mg) 0,03 ;
Riboflavin (mg) 0,03 ; Asam folat (mkg) 6 ;
Niasin (mg) 0,3 ; Asam pantotenat (mg) 0,596 ;
Vitamin B6 (mg) 0,105 ;
10 komentar:
salam kenal...makasih gan informasinnya semoga bermanfaat
mkasih informasinya ... tpi di Banjarmasin sini jrng melihat dlima ...
gimana kalo ditanam aja, itu juga kalo punya lahan yang agak luas ...
Info yang sangat menarik :)
mAKASIH INFONYA GAN ,,SEMOGA INFOINI BISA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA
Salam kenal ya gan. Makasih artikelnya....bagus sekali, ternyata buah delima manfaatnya banyak buat kesehatan. Kalau ada waktu silahkan berkunjung balik ke http://www.busanaanakislami.com saya tunggu ya, makasih.
Thanks infonya. Marilah kita membudidayakan tanaman delima ini, supaya tidak langka, yang masih punya pekarangan kosong, silahkan ditanami pohon buah delima. Saya tunggu kunjungan baliknya di: OBYEKTIF.COM
Salam kompak:
Obyektif Cyber Magazine
(obyektif.com)
Sayang di indonesia pemantaannya bru sebatas tanaman hias. Buah ini kayaknya jarang di jual sebagai komoditi seperti buah lainnya. Pada hal manfaatnya jauh lebih unggul dibanding buah lainnya.
maksi infonya , tentang buah delima, karena saya emang seneng konsumsi buah delima
cara meramunya gimana??
khususnya kulit batangnya..
mohon jawab!
add my fb facebook.com/librae.gokorie
Posting Komentar