Foto Ketupat Lebaran
Idul Fitri: Menuju Pencerahan Spiritual
Bagai semut, berjuta umat Islam berduyun-duyun menuju tanah lapang dan mesjid, tempat gemuruh takbir dilantunkan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar …” Getaran takbir terus menyelusup dalam kesadaran seorang Muslim yang kalbunya terasah selama Ramadhan. Gema takbir, tebaran senyum, dan luapan kegembiraan menyala bagai pasukan yang sedang merambahi jejak-jejak kemenangan yang membuat ribuan malaikat menangis dan mengucurkan air mata rahmat.
Selamat Idul Fitri
Sewaktu Idul Fitri tiba, pemahaman manusia tentang siklus perjalanan rohaniannya kembali tergugah, ia bagaikan terlahir kembali sebagai seorang bayi yang suci, serta pada saat ajal kelak akan kembali kepada Tuhannya dalam keadaaan sunyi dan sendiri. “Allahu Akbar” atau “Allah Maha Besar” yang dilantunkan saat Idul Fitri merupakan bagian penting dari gejolak batin yang harus dipahami sebagai sebuah panggilan moral untuk mengakui kebesaran Allah. Pada hakikatnya, “takbir” adalah penanaman suatu “kesadaran” dan “pencerahan” untuk menata kehidupan yang dimulai dari kekhusyukan melakukan ibadah (mahdhah) dan peraturan keagamaan (syari’ah) yang dapat mengantarkan manusia pada kebenaran sejati (Al-Haq).
Ucapan Idul Fitri
Dalam momen Idul Fitri, kata “fitri” mempunyai arti “kesucian asal” atau “penciptaan yang suci”, yang didalamnya mengandung berbagai kecenderungan primordial manusiawi yang suci. Fitrah yang baik kemudian diekspresikan menusia dengan kepasrahan kepada Allah dan daya kreatif dalam memperbaharui pemaknaan teks-teks keagamaan (al-nushush al-diniyyah) sehingga mempunyai spirit pembebasan (liberatif-emansipatoris) serta penghayatan keagamaan yang menjunjung tinggi rasionalitas, pluralitas, kesetaraan, keadilan, dan keseriusan dalam menghadapi problem kemanusiaan.
Saatnya, umat Islam menjadikan Idul Fitri sebagai momen untuk melakukan pertaubatan atas kelalaian dan kezaliman yang dilakukan serta berusaha dengan serius, cerdas, dan ikhlas untuk “kembali kepada Allah” dengan menunjukan apa yang disebut sebagai “K3”, yakni Keimanan, Kesalehan, dan Kesetiaan. Dengan menempuh jalan itu, manusia akan terhindar dari kerugian, kehinaan, dan kehancuran. Sosok beriman yang diterangi semangat Idul Fitri, harus mampu bertindak sistematis, profesional, serius, cerdas dan berlandaskan ukhuwah (Persaudaraan dan kebersamaan), baik ukhuwah islamiyah (sesama muslim), ukhuwah wathaniyah (sebangsa), maupun ukhuwah basyariyah (sesama manusia).
Goyang ketupat Lebaran
Manusia dengan beraneka watak dan perjalanan hidupnya pada akhirnya semua akan “kembali” kepada Allah, Sang Pemilik Sejati. Pemaknaan Idul Fitri seperti itulah yang akan membawa umat Islam menuju apa yang sering diucapkan sebagai “minal aidzin wal fa’idzin”, yakni orang-orang yang kembali menemukan nurani, jati diri, dan kehangatan ilahi. Mereka meraih ketenangan rohani, kebahagiaan keluarga, dan kedamaian dengan sesama.
1 komentar:
wah jadi gak sabar menuggu ketupat yang tahun ini,
asiikkkk banget dahhh
Posting Komentar